Cinta Dalam Diam: Diam Diam Memperhatikan

Cinta dalam diam, remaja jaman now hafal banget nih rasanya. Apalagi mereka yang sudah mulai menempuh jalan hijrah.

Ketika diri sudah memutuskan untuk lebih taat. Dan hati sudah berusaha untuk meninggalkan maksiat.

Yang tadinya punya pacar, punya gebetan, punya inceran, punya gacoan (dih jadul banget ya bahasanya pakai ‘gacoan’) seiring dengan proses perbaikan dirinya. Mereka mulai melepaskan diri dari ikatan tak halal. Mengikhlaskan kepergian sang pujaan hati.

Ketika hati sudah mulai ringan untuk melangkah hijrah, muncul satu lagi hal yang tanpa sadar dirasakan. Cinta dalam diam. Merasakan kagum yang besar, merasakan hati ini terpesona, merasakan getar yang tidak wajar ketika melihat dari kejauhan. Pada seseorang, yang bukan siapa siapa kita.

Bisa jadi dia kawan satu sekolah kita, bisa jadi dia adalah sesama aktivis dakwah, bisa jadi dia kakak tingkat di organisasi.

Tapi boleh nggak sih cinta dalam diam? Kan aku nggak ngungkapin sama dia? Kan aku nggak ngajak dia pacaran? Yang penting kan aku jofisa? Kuy kita bahas.



Cinta Dalam Diam : diam diam memperhatikan

Ketika ada seseorang yang kita suka. Terus mendadak kita jadi suka kepoin segala hal tentang dia. Kita stalking akun sosmednya. Kita cari tahu apa saja kegiatan dan kesukaannya. Kita bahagia kalau papasan sama dia di jalan.

Di dunia nyata kita menunduk sambil sesekali curi pandang. Di dunia maya kita pelototin fotonya dengan angan melayang. Kita menjadi terobsesi sama dia. Mikirin dia terus, inget namanya terus. Password hp aja pakai tanggal lahir dia.

Emang sih kita nggak ngechat dia dan nggak ngobrol sama dia. Tapi imajinasi ini sudah kemana mana. Bayangin indahnya berumah tangga sama dia. Bayangin nanti mau punya anak berapa. Bayangin nanti bakal masakin dia apa. Bayangin nanti dia murajaah bacaan kita. Duh.

Yang kayak gini, tentu saja tidak boleh. Kita jadi zina hati. Panjang angan dan membayangkan sosok yang tak halal untuk kita. Menyayangi sosok yang tak halal kita sayangi.

Dalam tingkat parah, kelak ketika kita menikah. Kita akan mudah membandingkan kekurangan pasangan halal kita dengan kelebihan seseorang yang kita kagumi itu. Nggak adil, kan.

Kemarin ada kejadian lucu, saya ‘dimarahin’ oleh seorang sahabat pas ngepost soal cinta dalam diam. Dia nyuruh saya nonton kajian ustad Hanan Attaki. Karena kata dia, ustad Hanan membolehkan cinta dalam diam.

Saya mah siapa atuh, main larang aja.

Maka saya pun nonton penjelasan ustad Hanan di youtube. Nah, ternyata bener. Dari yang saya pahami berdasarkan penjelasan ustad Hanan, kepo sama lawan jenis itu boleh, misal kepoin instagramnya atau lihatin dia dari kejauhan dengan diam diam. itu boleh kalau anda berniat kuat menikahi.

Jadi anda udah siap nikah, nh. Udah dapat restu orangtua. Udah siap duit buat beli mahar. Udah ada pemasukan dikit dikit dari jualan buku islami di instagram, okelah.

Terus anda belum punya calon, tapi ada salah satu temen yang ngasi rekomendasi. Seorang akhwat shalihah yang konon kabarnya siap nikah juga…

Naaaah… anda boleh tuh, kepoin si akhwat. Buat mencari tahu tentang keseharian, pergaulan dan pandangan hidup akhwat itu.

Ustad Hanan bilang, ada kok hadits soal kepo. Nah memang bener ada. Niat nya untuk menikahi.

Bukan kepoin si dia yang dikagumi, setiap hari, padahal diri ini masih belum siap menikah dan belum direstui menikah sama orangtua yaaa… Remaja jaman now bisa aja cari alasan. masih SMA, belum bisa cari duit, setiap hari kerjaannya kepoin akhwat di instagram, banyak lagi yang dikepoin. istilahnya, cantik dikit follow.

Pas ditegur, ngelesnya : ustad Hanan ngebolehin kok!

Lah…. gagal paham kan.

Related Posts: