Sindrom Pra-Nikah, Sebuah Ketakutan Menjelang Akad dan Cara Mengatasinya

AKAD, kebanyakan sahabat pasti udah familiar sama kata ini. Terus sekarang, mungkin sudah banyak yang hafal lagunya. Bahkan mungkin, saat ini kamu otomatis bersenandung kecil lagu itu. Bener nggak? hehe..

Romantis ya dengerin lagunya payung teduh yang judulnya akad? Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan. Berlarian kesana kemari dan tertawa. Sayangnya, kebanyakan rencana pernikahan tidak berjalan semulus itu. Tidak melulu lancar jaya bahagia. Bahkan, saat ini, sebagian orang yang berniat menikah, mengalami banyak drama sejak sebelum akad terucap. Ada yang bahkan sampai batal menikahnya. Batal mengucapkan akad.


Nah lho, kok beda sama lagu dan kisah drama korea?

Ada yang udah lama pacaran. Terus lamaran. Terus mendadak aja gitu, salah satu calon mempelai ini ragu. Entah untuk alasan apa kemudian dia membatalkan pertunangan itu. Ada yang sudah lebih jauh, sudah cetak undangan, pesan katering dan sebagainya. Lalu mendadak salah satu pihak mundur teratur. Yang lebih ngenes, adalah ketika sedang mempersiapkan pernikahan. Lalu salah satu calon mempelai bukan cuma mundur, dia malah menghilang tanpa kabar berita. Kan nyesek banget ya? Mbok kalau mau mundur itu dilakukan sebelum kesepakatan nikah terjadi. Ini udah menentukan tanggal, udah sewa gedung, udah cetak undangan, kok baru kepikiran buat batalin akad.

Tapi inilah realita yang banyak terjadi sekarang ini. Bukan cuma sekarang sih sebenernya, ketakutan semacam ini sudah ada sejak dulu. Cuma ya karena sekarang akses informasi begitu mudah didapat, jadi seolah baru sekarang kita dengar banyak kejadian model begini. Apa buktinya min kalau kejadian kayak gini udah ada sejak dulu? buktinya adalah, karena seringnya kasus semacam ini (orang orang yang menjadi panik dan berpikir ulang menjelang akad) sampai muncul istilahnya lho.

Namanya Sindrom Pra-nikah.

Terus apa tuh maknanya sindrom pra-nikah?

Sindrom pra-nikah adalah keadaan dimana salah satu (atau kedua) calon pengantin dihinggapi perasaan ragu dan cemas yang muncul mendadak. Biasanya karena dalam hati timbul pertanyaan semacam :

“Aku bakal bisa nerima dia apa adanya nggak ya?”

“Apakah gaji dan pekerjaanku akan cukup untuk menafkahi dia?”

“Apakah dia bisa bahagia hidup sama saya, dan apakah saya bisa bahagia hidup sama dia?”

“Kok mama dia gitu banget sikapnya sama aku, ntar bakal ribut ngga ya kalo beneran jadi mertuaku”

“Bener nggak ya saya nikah sama dia? Bener nggak ya saya milih dia sebagai pasangan hidup saya? jangan jangan saya salah pilih. Soalnya sepertinya mantan saya yang satunya lebih baik dari dia…. dan kemarin dia barusan nelpon saya dengan kata kata romantis yampun…”

Dan banyak lagi kecemasan lain yang menghinggapi seseorang sebelum akad yang bisa membuatnya balik kanan dan bubar jalan.

Kenapa sindrom pra-nikah bisa terjadi? ada banyak faktor.

Mungkin anda belum benar benar siap menikah. Sehingga menjelang akad justru anda semakin berpikir ulang dan mulai merasa ‘demam panggung’.

Atau bisa juga anda mengalami kejenuhan karena sudah lama menjalin hubungan pacaran sama si dia. Dan ketika menjelang akad justru anda menjadi bosan dengan segala sikapnya yang tadinya tidak anda permasalahkan. Apalagi, menjelang akad biasanya adalah saat dimana segala sesuatu mencapai puncak keribetan. Dengan segala hal yang perlu dipersiapkan menjelang pernikahan, mendadak anda melihat sifat asli dia yang keluar karena capek, stres dan PMS di satu waktu.

Terus bagaimana cara mengatasi agar hal ini tidak membuat anda gagal akad?

Pertama, jangan pacaran. hehe.

Ini saran saya buat anda yang belum pacaran tapi berniat mencari jodoh dengan jalan pacaran. Percaya deh, mendapatkan pasangan halal dengan cara taaruf itu lebih menyenangkan. Sudah menyenangkan, sesuai jalur agama, dan masih ada keuntungan lain juga : hemat ongkos.

Kedua, kalau anda sudah terlanjur pacaran, maka segera pikirkan ulang tujuan anda.

Pacaran dengan tujuan menikah itu jelas dilarang. Karena meski tujuannya baik, jalan yang ditempuh salah. Coba pikirkan lagi, apakah anda saat ini siap untuk menikahi (atau dinikahi) dia?

Siap disini banyak variabelnya, mulai dari sudah mendapat restu kedua orangtua, sudah siap menafkahi, sudah memiliki ilmu pernikahan yang memadai, sudah siap menjadi orangtua, dan banyak faktor lain yang sebaiknya dipertimbangkan. kalau anda merasa sudah siap semua, ya nikah saja. Ngapain pacaran. Kalau belum siap nikah sama dia, ya putus saja dulu. Tenang, kalau jodoh enggak kemana.

Ketiga, kalau anda sudah bertemu orangtuanya. Dan sudah mulai mengatur acara pernikahan, maka banyak banyak lah istikharah.

Pembahasan mengenai istikharah ini pernah saya tulis di buku Jangan Jangan Kita Berjodoh.

banyak banyakin istikharah, banyakin sedekah, banyakin dzikir. Berdoa sama Allah Taala minta jodoh yang terbaik. Kalau sekarang dia anda anggap belum begitu baik, maka buatlah komitmen sebelum pernikahan. Misal saat ini calon pasangan anda belum memakai hijab syari, maka buatlah komitmen bahwa nanti setelah menikah dia bersedia memakai pakaian syari atas perintah anda, suaminya.

Keempat, jangan sekali kali punya niat untuk menghubungi cinta lama anda.

Mungkin di masa lalu anda memiliki orang lain yang sempat anda pertimbangkan sebagai kandidat pasangan halal. Jangan bermain api dengan menjalin komunikasi dengan dia (atau mereka). Saat ini anda sudah menentukan pilihan, ibarat kontes perlombaan, anda saat ini sudah memilih pemenang. Jangan lagi mengubah nilai dan mencondongkan pilihan untuk juara kedua, juara ketiga atau juara harapan.

Fokuslah pada akad yang akan anda jalani dan konsistenlah dengan pilihan anda.

Kelima, jangan mudah terprovokasi oleh komentar orang orang diluar sana.

Karena nantinya pernikahan ini bukan mereka yang menjalani, tapi anda sendiri. Seringkali mereka yang berkomentar negatif adalah mereka yang sama sekali tidak membantu dalam proses pernikahan anda. Juga mereka yang tidak memiliki kepentingan apa apa pada anda.

Abaikan semua komentar negatif dan suara sumbang, Kecuali bila yang berkomentar adalah orangtua anda atau orangtua calon anda, maka bisa didengarkan dan dipertimbangkan.

Keenam, ketika terjadi ganjalan, silang pendapat atau ketegangan dengan keluarga calon anda, tanggapi dengan santai.

jangan buru buru menyimpulkan bahwa pernikahan anda tidak berkah. Hambatan dan beda keinginan sebelum menikah itu biasa. Karena dua keluarga besar terdiri dari banyak karakter, maka tentu semua akan memberikan pendapat sesuai kepribadiannya. Banyak banyak tarik nafas, dan bicarakan semua dengan santai.

Minta pertimbangan dari tokoh inti saja : orangtua dia dan orangtua anda. Selain itu, anggap saja semuanya hanya masukan dan kritik membangun. Tidak harus ditanggapi dengan terlalu serius.

Jalin terus komunikasi dan jangan biarkan semangat anda turun. Banyak berdoa dan berdzikir, jangan lupa minta ampun sama Allah Taala. Minta agar Dia mudahkan hajatan sekali seumur hidup anda ini.

Ingatlah, seperti badai, maka sindrom pasti berlalu.

Related Posts: